BUBUR AYAM BOBOTOH



Bila cinta sudah melekat, segala cara dilakukan untuk mengekspresikannya. Seorang pedagang Bubur Ayam membuat trade mark bagi dagangannya sebagai “Bubur Ayam Bobotoh”.

“Mang Eli Bobotoh”, demikian laki-laki kelahiran Garut 37 tahun lalu itu akrab dipanggil. Warga asal Talun Kecamatan Sumedang Utara itu sehari-hari berjualan bubur ayam dan mangkal di perempatan Jalan Kebonkol Sumedang.

Kecintaannya kepada Persib tak perlu ditanyakan lagi. “Ceuk bohongna, lamun getih kuring dikocorkeun, pasti warnana Biru Persib (Ibaratnya, kalau darah saya dikeluarkan, pasti warnanya biru persib),” ungkap Mang Eli. Persib bagi Mang Eli adalah hiburan favorit yang paling ditunggu.

Perawakan sedang namun tegap, gaya bicara dan raut muka khas Sunda, Mang Eli memulai usahanya setiap hari sejak pukul 08.00 s/d 10.00. Dia bisa memperoleh penghasilan bersih Rp. 50.000 s/d Rp. 75.000,- per hari dari jualan Bubur Ayam yang dia lakoni sejak tahun 1989. Mang Eli pun sangat mensyukurinya sebagai nikmat untuk menghidupi satu orang istri dan dua putranya.

Disela-sela kesibukannya menyiapkan dan menjual dagangannya, Mang Eli selalu sempat meng-up date informasinya soal Persib. “Tiap hari saya baca koran dan selalu ingin tahu tentang Persib,” katanya, sambil dengan cekatan menyiapkan semangkok bubur untuk melayani pembelinya. Dia pun hafal satu per satu bintang Persib tempo dulu. Dia bercerita bagaiman Jafar Sidik bermain, Adjat Sudrajat, Adeng Hudaya, dan Robby Darwis. Dan pemain Persib Baheula, yang difavoritkannya adalah Uut Kuswendi. Bila bola sudah dikaki sayap kanan Persib ini, menurut Mang Eli, bola terlihat nempel di kaki sehingga sanggup melewati tiga sampai empat pemain lawan sebelum mengirim umpan. Saking mengidolakannya, Mang Eli mengaku, anak pertamanya diberi nama Kiki Kuswendi.

Ihwal dibuatnya Trade Mark “Bubur Ayam Bobotoh”, Mang Eli mengisahkan bahwa suatu waktu dirinya merasa perlu untuk membuat dagangannya dikenal banyak orang. “Cinta saya kepada Persib menginspirasi saya untuk menuliskan “Bubur Ayam Bobotoh” pada roda dagangan saya,” kata Eli. Dan feeling nya ternyata benar.

Banyak orang mulai mengenal baik bobotoh maupun warga biasa, dan kerap menyebut “Bubur Ayam Bobotoh” ketika mereka hendak sarapan pagi. Radar pun menyaksikan sendiri, setiap sopir Angkot yang ngetem di perempatan selalu bertanya soal Persib kepada “Mang Eli Bobotoh”, dan Mang Eli nampak piawai menjelaskan setiap detil pertandingan layaknya seorang komentator bola.

Maka sejak saat itu, omset penjualan buburnya pun meningkat lumayan. Bila sebelumnya setelah mangkal, Eli masih harus berkeliling dengan rodanya untuk menjajakan dagangannya, kini sekitar jam 10-an pun buburnya sudah habis. Konsumennya sudah hafal betul dengan “Bubur Ayam Bobotoh Mang Eli”

Pria yang hanya mengenyam pendidikan sampai SMP ini memang nampak hapal betul setiap momen pertandingan Persib Bandung. Ia begitu lancar menceritakan setiap detil pertandingan Persib saat mengalahkan lawan-lawannya. Baginya, pertandingan yang paling sedih dan tak terlupakan adalah ketika Persib dikalahkan PSMS pada final Perserikatan 1983/1984. Waktu itu, permainan persib benar-benar cantik. Bola diumpan dari kaki ke kaki, dan lawannya pun memang hebat. PSMS punya kiper hebat, Si Ponirin,” kata Mang Eli dengan wajah Serius.

Besar sekali harapan Mang Eli agar Persib jadi juara musim ini. Menurutnya, dengan manajemen yang rapih, dana yang berlimpah, pemain yang berkualitas, serta dukungan bobotoh yang sangat fanatik seperti dirinya, Persib harus bisa jadi juara. “Tos lami teuing Persib teu juara. Terakhir teh tahun 1995, ngan sakali-kalina jadi juara Liga Indonesia mah. Cik atuh ayeuna mah wujudkeun kahayang bobotoh teh. Maen sing alus. Insya Allah, didu’akuen ku bobotoh Sumedang” kata Mang Eli. *** (Di muat di Harian Pagi RADAR SUMEDANG, 17 Maret 2010 dengan Judul “Idolakan Uut Kuswendi, Kecewa Berat saat Persib Dikalahkan PSMS)

4 pemikiran pada “BUBUR AYAM BOBOTOH

Tinggalkan Balasan ke rr Batalkan balasan